TUGAS MANAGEMEN
PROYEK DAN RESIKO
Diah Ayu Setiani
2D114282
3KB07
SISTEM KOMPUTER
UNIVERSITAS GUNADARMA
KONSEP
BISNIS FOTOGRAFI
Dunia bisnis fotografi hari ini semakin pesat
dan digandrungi khalayak ramai. Ada banyak cara bagi Anda yang berminat untuk
mengembangkan bisnis ini dengan cara-cara yang kreatif. Tapi bagaimana
sebenarnya membangun sebuah ide untuk bisnis fotografi yang kreatif? Ide
kreatif dalam bisnis ini berguna bagi Anda untuk mengahadapi persaingan yang
ada di luar sana. Dengan semakin kreatif, bisnis fotografi Anda akan menjadi
pilihan utama para klien.
Ada banyak ide kreatif sebenarnya yang bisa
diterapkan, semua tergantung Anda untuk memilih konsep yang seperti apa. Semua
tergantung konsep dan idealisme yang Anda inginkan untuk diwujudkan dalam
bisnis fotografi kreatif ini. Apakah ingin konsep yang ceria masuk ke dalam
segmen anak-anak muda, konsep yang natural pemandangan alam, konsep yang mewah
foto model, konsep realisme jurnalisme dan lain sebagainya.
Fotografi adalah bisnis yang sangat
mengedepankan proses kreatif dalam pengerjaannya dan terus memerlukan ide-ide
baru di dalamnya. Oleh sebab itu, setiap karya harus mengandung seni visual
yang mampu menyampaikan pesan kepada setiap orang yang melihatnya. Penasaran
dengan caranya? Yuk kita simak!
Pilih spesialisasi
Ada banyak gaya dan pilihan dalam bisnis
fotografi belakangan ini. Pertama-tama yang harus ditentukan ialah konsep
seperti apa bisnis yang Anda inginkan. Jika Anda orang yang suka berpetualang
mungkin bisa membuat bisnis fotografi yang bertema pemandangan alam. Jika suka
kuliner bisa memilih membuat bisnis fotografi yang bertema makanan. Yang sangat
ditekankan disini ialah penempatan diri masyarakat bisa langsung tahu karakter
dalam bisnis fotografi Anda.
Peralatan dan fotografer yang tepat
Membeli kamera dan lensa yang sesuai dengan spesialisasi akan
sangat berguna bagi Anda. Kamera dan lensa hanyalah alat, yang terpenting
adalah siapa fotografernya. Karena kamera dan lensa yang mahal tidak menjamin
seberapa bagus kualitas foto Anda. Akan tetapi ketika peralatan dan fotografer
sudah sesuai. Bisa dipastikan menghasilkan hasil jepretan yang berkualitas dan
mengandung nilai seni yang tinggi.
Buat portofolio
Membuat portofolio sama juga dengan meyakinkan
klien dengan karya-karya Anda. Dengan membuat portofolio klien akan mengetahui
seberapa jauh kualitas karya-karya bisnis fotografi Anda. Klien juga bisa
memilih-milih referensi mana, dari portofolio yang akan mereka gunakan sebagai
konsep ide dan keinginan mereka. Selain untuk meyakinkan klien dalam hal konsep
dan ide. Klien juga akan percaya bahwa bisnis fotografi Anda memiliki
pengalaman yang mumpuni dalam bidang ini.
Pemasaran
Selain dalam bidang fotografi, bisnis kreatif
Anda juga harus mencakup dalam hal pemasaran. Usahakan mempunyai jaringan media
sosial seluas mungkin untuk memudahkan akses bagi klien menemukan binis Anda.
Seperti facebook, twitter, blog, instagram dan lain sebagainya. Dengan
mengoptimalkan hal ini, Anda bisa mendapatkan input yang mudah dari klien, baik
dalam masukan ataupun kritik.
Demikianlah beberapa konsep dan gagasan ide
yang bisa Anda gunakan sebagai inspirasi dalam berkarier indutri kreatif.
Dengan mengikuti perkembangan terbaru di dalam dunia fotografi serta belajar
tentang hal-hal baru fotografi. Anda bisa mendapatkan ide-ide baru yang lebih
segar lagi ke depannya.
Banyak hal yang terlewat pada saat kita akan memulai bisnis
fotografi. Terkadang kita ingat akan hal tersebut, tetapi karena kita anggap
mudah, akhirnya hal tersebut kita taruh pada urutan terakhir. Urutan pertama
yang teringat dan selalu menghantui kita adalah berapa modal yang akan kita
tanam atau ivestasikan dalam bisnis fotografi dan berapa lama modal tersebut
kembali dan menguntungkan.
Ternyata hal yang terlupakan karena kita anggap tidak penting
adalah komponen kita untuk dapat cepat kembali modal dan mendapat keuntungan.
Kesabaran dan ketelitian harus kita lakukan pada saat akan memulai bisnis
fotografi.
Pertama melangkahkan kaki memasuki dunia bisnis fotografi harus
didasari pemahaman dan pengertian yang jelas apa dan bagaimana bisnis
fotografi. Bab ini adalah ringkasan bagaimana kita memulainya, bagian apa yang
harus kita siapkan, dan jenis pekerjaan fotografi mana yang akan kita jadikan
mata dagangan.
1. Teknik fotografi
Teknik fotografi adalah modal utama yang harus dimiliki dan
dikuasai, baik untuk penanam modal maupun pelaksana. Dalam bisnis fotografi,
kemampuan memiliki dan menguasai teknik fotografi sangat mempengaruhi peralatan
yang kita miliki dan jenis pekerjaan fotografi
2. Kartu nama
Selembar kertas dengan ukuran tidak lebih dari 5 x 9 cm yang di
atasnya tertulis nama, alamat, profesi, dan terkadang ada gambarnya. Kita
sering melupakan atau menganggap kartu nama tidak penting.
Namun, kartu nama dalam bisnis fotografi merupakan senjata ampuh
untuk memperkenalkan diri kita, karena jelas di kartu nama tertulis nama,
alamat, bidang kerja, bahkan foto diri kita. Selain sarana memperkenalkan diri,
kartu nama juga membuktikan kita jelas keberadaannya. Ini merupakan kunci
kepercayaan yang akan didapat oleh calon pengguna jasa fotografi yang kita
tawarkan. Kartu nama juga merupakan salah satu sarana berjualan, karena tanpa
kartu nama, calon pengguna jasa fotografi akan sulit mengetahui siapa kita.
Membuat kartu nama ternyata tidak semudah yang kita kira. Dengan
ukuran yang kecil (5 x 9 cm), kita harus berpikir keras, karena kartu nana
harus mudah diingat dan tepat sasaran. Apa yang akan kita tulis di kartu nama?
Apakah akan dicetak berwarna, atau sedikit warna, apakah semua informasi yang
kita kerjakan akan kita tulis di kartu nama atau tidak? Apa perlu ada foto diri
atau foto/gambar ilustrasi di kartu nama kita? Semua ini dapat kita lakukan di
kartu nama kita, tetapi yang tertuang dalam kartu nama jangan sampai
mengaburkan diri kita sebenarnya. Jadi, kartu nama harus tepat guna untuk
memperkenalkan kita.
3. Portofolio
Portofolio atau kumpulan bukti karya merupakan senjata yang
harus dimiliki oleh kita yang akan memulai bisnis fotografi. Memang sering kita
mendengar atau pendapat, ”Bagaimana bisa memiliki portofolio? Order atau
pekerjaan fotografi saja belum pernah dapat. Kita kan baru akan memulai bisnis
fotografi”. Pendapat atau komentar seperti ini biasanya datang dari teman-teman
yang baru akan memulai bisnis fotografi. Jika berpikir tentang portofolio
seperti ini, kita tidak akan pernah mendapat order atau pekerjaan fotografi,
karena kita tidak memiliki atau mempunyai bukti karya yang kita kenal dengan
sebutan portofolio.
Portofolio atau bukti karya dalam bisnis fotografi sangatlah
penting. Pada saat kita bertemu calon pengguna jasa fotografi, kita tidak bisa
mengatakan, ”Saya pernah memotret sebuah liputan acara perkawinan,” atau
”Pernah memotret sebuah pabrik,” atau ”Pernah memotret produk yang menjadi
iklan di surat kabar.” Kata ”pernah memotret…” tidak akan dipercaya oleh calon
pengguna jasa fotografi, karena bisnis fotografi memerlukan pembuktian dalam
bentuk kumpulan karya dalam bentuk foto, yaitu portofolio. Jika kita pelajari
dengan teliti, portofolio ternyata tidak sekadar kumpulan bukti karya saja,
tetapi seperti pisau bermata dua sisi. Sisi tajam yang di atas membuktikan
kemampuan teknik fotografi, sedangkan sisi tajam yang di bawah, membuktikan
sudah berapa banyak pekerjaan fotografi yang kita kerjakan.
Bagaimana cara membuat portofolio untuk teman-teman yang akan
memulai bisnis fotografi? Satu cara yang bisa diambil untuk membuat portofolio
yaitu menjadi copycat. Kita mencoba meniru foto dari contoh iklan atau brosur
yang sudah terpublikasi. Sebagai contoh, jika kita makan di restoran cepat
saji, kita melihat poster atau brosur produk makanan yang dijual. Kita bisa
minta brosur atau poster makanan tersebut, kita bawa pulang, lalu kita coba
potret ulang. Bisa atau tidak hasil foto kita mirip dengan poster atau brosur
restoran makanan cepat saji tersebut.
Jika
foto yang kita hasilkan sudah mirip, berarti foto yang kita buat sudah layak
untuk kita jadikan portofolio. Lakukan lagi pemotretan copycat produk iklan
yang lain. Makin banyak kita melakukan copycat, tanpa kita sadari kita melatih
kemampuan teknik fotografi. Dengan melakukan copycat, perkerjaan fotografi yang
kita lakukan akan jelas tolok ukurnya, yaitu mirip atau sama dengan foto yang
sudah jadi iklan. Selain itu, dengan melakukan kegiatan copycat, calon pengguna
jasa fotografi tidak lagi menanyakan konsep visual, karena iklan tersebut sudah
melewati seleksi dari pemilik produk, advertising (biro iklan), dan fotografer
profesional. Hasil copycat dapat mencerminkan kemampuan teknik fotografi kita
kepada calon pengguna jasa fotografi.
Portofolio baru akan menjadi satu pisau dengan dua mata pisau
yang tajam jika sudah mendapat pekerjaan fotografi. Portofolio yang kita kemas
dengan baik dapat kita jadikan salah satu sarana promosi, jadi tidak hanya
sebagai bukti karya yang sempit pemakaiannya.
4. Networking
Networking atau lebih kita kenal dengan jaringan dunia kerja
merupakan bagian dari bagaimana memulai bisnis fotografi. Networking dalam hal
ini adalah membuka dan menjaga hubungan dengan penguna jasa fotografi. Agar
terjadi pengembangan pekerjaan fotografi, selain membuka dan menjaga hubungan
dengan calon pengguna jasa fotografi, kita juga membuka dan membina mitra
kerja, seperti sesama fotografer, studio cuci cetak digital, pembuat bingkai,
pembuat album, layout man, dan tempat penyewaan peralatan fotografi.
5. Modal
Sebetulnya modal yang utama dalam bisnis fotografi adalah
memiliki dan menguasai teknik fotografi. Kita bisa ikut kursus, workshop, atau
sekolah fotografi untuk mendapatkan kemampuan teknik fotografi yang baik dan
benar. Setelah modal utama kita miliki, barulah kita pikirkan modal pendukung
lainnya. Misalnya, apakah harus berbadan hukum, memiliki kantor atau studio,
peralatan fotografi yang seperti apa yang akan kita jadikan investasi sebagai
alat kerja? Sekarang ini tersedia peralatan buatan China dengan harga yang
murah dan juga peralatan buatan Eropa atau Amerika dengan harga yang lumayan
mahal. Pilihan jumlah atau nilai uang yang akan kita jadikan modal untuk
memumlai operasional bisnis fotografi sangat bergantung pada diri kita sendiri.
6. Manajemen fotografi
Manajemen fotografi yang paling sederhana adalah bagaimana kita
menghitung harga jual yang berupa harga jasa fotografi dan harga produksi dari
output yang diminta oleh pengguna jasa fotografi. Setelah itu, manajemen
sederhana harus ada pencatatan uang masuk dan uang keluar, karena dengan
mencatat keuangan dengan benar dan tertib kita dapat menghitung berapa
keuntungan dan kerugian yang kita dapat, sekaligus mengevaluasi kinerja kita.
Menangkap Klien Fotografi
Mendapatkan pekerjaan fotografi dari calon pengguna jasa
fotografi atau klien, tidak semudah menjual kacang goreng yang berkeliling
menjajakan dagangannya atau mangkal di sudut jalan menunggu pembeli. Menangkap
pembeli mata dagangan bisnis fotografi memiliki keunikan yang sangat menarik
karena pada dasarnya kita menjajakan jasa fotografi dan karya fotografi. Kedua
mata dagangan fotografi ini memiliki pendekatan yang sangat berbeda, belum lagi
output yang merupakan permintaan dari calon klien. Apa saja yang harus kita
siapkan dalam usaha menangkap calon klien? Apakah kita membuka lapak atau toko
di tempat yang tepat dan menyurvei berapa banyak pesaing yang ada di lokasi
kita?
1. Persiapan mendapatkan pekerjaan
fotografi
a. Menguasai teknik fotografi
Menguasai dan mengerti teknik fotografi merupakan senjata ampuh
yang harus disiapkan, karena kita tidak bisa bekerja tanpa senjata tersebut.
Mata dagangan kita, baik itu jasa fotografi maupun karya fotografi, baru bisa
kita kerjakan jika kita menguasai dan mengerti teknik fotografi.
b. Manajemen fotografi
Manajemen fotografi harus kita ketahui, sehingga kita dapat
menghitung dengan terukur, aman, dan rasional harga jual yang akan kita
tawarkan. Dengan manajemen, kita sekaligus dapat menghitung keuntngan yang akan
kita dapat dalam sebuah pekerjaan fotografi.
c. Kerja magang/jadi asisten
fotografer
Kerja magang atau menjadi asisten fotografer lebih dahulu
sebelum melakukan bisnis fotografi merupakan sarana belajar yang baik. Kita
bisa belajar cara menangkap klien dan proses kerja menyelesaikan pekerjaan
fotografi. Namun sayang, saat ini dengan alasan kesibukan, tidak banyak
fotografer yang sudah lebih dahulu melakukan bisnis fotografi mau menerima
fotografer magang atau belajar.
d. Portofolio
Portofolio atau kumpulan bukti karya merupakan senjata untuk
menangkap calon pengguna jasa fotografi. Dengan memperlihatkan portfolio, kita
dapat meyakinkan calon pengguna jasa fotografi tentang siapa kita dan kemampuan
kita dalam teknik fotografi.
e. Networking
Networking atau kita kenal dengan jaringan kerja, sangat
diperlukan pada saat kita ingin menangkap calon pengguna jasa fotografi. Dengan
mempublikasikan diri, kita akan dapat dengan mudah mendapat calon pengguna jasa
fotografi dari teman-teman sekolah atau dari lingkungan tempat tinggal atau
tempat kerja.
2. Alur bisnis fotografi
Keunikan dalam bisnis fotografi adalah pekerjaan fotografi
datangnya bisa dari sumber yang sangat berbeda-beda, begitu pula output yang
diminta bisa beragam. Semua bergantung pada permintaan pengguna jasa fotografi.
Oleh karena itu, penanganan atau perlakuan sopan santun dalam melakukan bisnis
juga berbeda. Jika kita melihat alur bisnis fotografi, kita boleh berbangga
hati dan tidak takut akan hilangnya pekerjaan fotografi, karena hasil akhir
kerja fotografi adalah bahan dasar yang pasti dibutuhkan dan tidak ada kata
pensiun di bisnis fotografi.
a. Klien -> Advertising ->
Fotografer
Alur bisnis fotografi seperti ini biasanya terjadi pada
pekerjaan fotografi untuk pembuatan iklan, company profile, katalog, atau
kalender. Kita sebagai fotografer mendapat arahan dan mengajukan penawaran
harga kepada advertising. Dalam alur bisnis seperti ini, sepenuhnya kita
bertanggung jawab dan berkoordinasi dengan advertising. Sopan santun bisnis
yang harus kita jaga adalah jangan menggunting dalam lipatan (berbuat curang),
karena peluang mengambil pekerjaan fotografi yang diberikan kepada advertising
sangat mudah dilakukan.
Keuntungan alur bisnis seperti ini, kita sebagai fotografer
dapat dikatakan tinggal melakukan pekerjaan fotografi. Kita tidak lagi
memikirkan konsep visual, akomodasi, transportasi, dan perizinan pada saat
melakukan kerja pemotretan.
Kerugian atau tepatnya kelemahan alur seperti ini adalah pada
sistem pembayarannya. Pada saat kita buatkan penawaran harga dan kontrak kerja,
kita harus mencantumkan sistem dan jangka waktu pembayaran, termasuk uang muka
berapa persen dari total nilai kontrak. Jika tidak, biasanya pihak advertising
agak sulit mengeluarkan uang muka yang akan kita gunakan untuk biaya
operasional.
b. Klien ® Graphic Designer ® Fotografer
Alur bisnis fotografi seperti ini dapat dikatakan sama dengan
alur bisnis fotografi yang melalui advertising. Hal yang membedakan adalah
desainer grafis dapat berdiri sendiri (perorangan) atau memang sebuah lembaga
yang mengkhususkan hanya bekerja membuat konsep visual. Ini biasanya terjadi
pada pekerjaan fotografi untuk pembuatan iklan, company profile, katalog, dan
kalender. Kita sebagai fotografer mendapat arahan dan mengajukan penawaran
harga kepada seorang desainer grafis atau sebuah lembaga desain konsep visual.
Dalam alur bisnis seperti ini, sepenuhnya kita fotografer bertanggung jawab dan
berkoordinasi dengan mereka.
Sopan santun bisnis yang harus kita jaga adalah jangan
menggunting dalam lipatan, karena peluang mengambil pekerjaan fotografi yang
diberikan kepada seorang desainer grafis atau sebuah lembaga desain konsep
visual sangat mudah dilakukan. Keuntungan dan kerugian alur bisnis seperti ini
sama dengan keuntungan melalui advertising, yaitu kita sebagai fotografer dapat
dikatakan tinggal melakukan pekerjaan fotografi. Kerugiannya, kita harus
membuat kejelasan dalam sistem dan jangka waktu pembayaran serta uang muka yang
dibayarkan.
c. Klien ® Percetakan ® Fotografer
Alur bisnis fotografi seperti ini agak berbeda dengan alur
bisnis yang melalui advertising atau graphic designer. Output yang diminta
sama, yaitu biasa terjadi pada pekerjaan fotografi untuk pembuatan iklan,
company profile, katalog, dan kalender. Namun, perbedaan yang sangat terasa
jika dibandingkan dengan alur bisnis sebelumnya adalah percetakan tidak
memiliki orang yang bertugas menerjemahkan khayalan calon pengguna jasa
fotografi menjadi sebuah konsep visual yang akan kita ubah dengan kemampuan teknik
fotografi menjadi foto atau gambar.
Kita sebagai fotografer tidak mendapat arahan dari pihak
percetakan. Biasanya kita bersama- sama mendengar keinginan calon pengguna jasa
fotografi, walaupun kita mengajukan penawaran harga kepada percetakan. Dalam alur
bisnis seperti ini, kita sebagai fotografer harus jelas kepada siapa kita
bertanggung jawab dan berkoordinasi, dengan percetakan atau calon pengguna jasa
fotografi.
Sopan santun bisnis yang harus kita jaga adalah jangan
menggunting dalam lipatan, karena peluang mengambil pekerjaan fotografi yang
diberikan kepada percetakan sangat mudah dilakukan. Keuntungan alur bisnis ini,
kita bisa mendapatkan pekerjaan fotografi dari percetakan tanpa harus mencari
sendiri. Kerugian alur bisnis seperti ini adalah kita bisa mendapat kesulitan
jika pada awal penawaran harga kita tidak membuat kejelasan tentang kepada
siapa kita berkoordinasi, siapa yang menyiapkan akomodasi, transportasi, dan
konsumsi pada saat pekerjaan fotografi berlangsung. Sistem pembayaran juga harus
jelas, apakah kita ajukan ke percetakan atau kepada pengguna jasa fotografi.
d. Klien -> Broker ->
Fotografer
Alur bisnis fotografi seperti ini bisa terjadi pada pekerjaan
fotografi apa pun, bergantung pada broker atau pencari kerja fotografi. Kita
fotografer tidak mendapat arahan dari broker. Mereka hanya mencarikan pengguna
jasa fotografi, selanjutnya kita meneruskan tawaran pekerjaan dan mengajukan
penawaran harga kepada calon pengguna jasa fotografi. Dalam alur bisnis seperti
ini, fotografer bertanggung jawab dan berkoordinasi dengan broker dan calon
pengguna jasa fotografi.
Sopan santun bisnis yang harus kita jaga adalah jangan
menggunting dalam lipatan, karena peluang mengambil pekerjaan fotografi yang
diberikan kepada broker sangat mudah kita lakukan. Keuntungan alur bisnis
seperti ini, kita sebagai fotografer tidak perlu melakukan promosi untuk
mendapatkan pekerjaan fotografi, karena broker yang mencarikan pekerjaan
fotografi untuk kita. Broker hanya meminta kita memberikan portofolio dan
persentase keuntungan yang harus dia dapat. Kelemahan alur bisnis fotografi
seperti ini, kita harus membuat kejelasan dalam koordinasi, akomodasi,
transportasi, konsumsi, dan perizinan ketika melaksanakan pekerjaan fotografi.
Selain itu, kita juga perlu mendapatkan kejelasan dalam sistem dan jangka waktu
pembayaran serta persentase uang muka yang dibayarkan sebagai biaya
operasional.
e. Klien -> Fotografer
Alur bisnis fotografi seperti ini terkesan mudah, karena tidak
ada campur tangan atau keikutsertaan pihak lain dalam pekerjaan fotografi. Kita
sebagai fotografer langsung berhubungan dengan calon pengguna jasa fotografi.
Pekerjaan fotografi yang kita dapat tidak terbatas, tetapi semua
kebutuhan konsep visual yang diperlukan oleh calon pengguna jasa fotografi.
Kita sebagai fotografer mendapat arahan dan mengajukan penawaran harga langsung
kepada calon pengguna jasa fotografi. Dalam alur bisnis fotografi seperti ini,
sepenuhnya kita bertanggung jawab dan berkoordinasi dengan calon pengguna jasa
fotografi.
Sopan santun bisnis yang harus kita jaga adalah jangan
mengingkari janji yang sudah disepakati, karena dalam alur bisnis fotografi
seperti ini kekuatannya adalah kepercayaan antara kita sebagai fotografer yang
melaksanakan pekerjaan fotografi dengan pengguna jasa fotografi. Keuntungan
dengan alur bisnis seperti ini, kita dapat dikatakan tinggal melakukan
pekerjaan fotografi, tidak lagi memikirkan akomodasi,transportasi, dan
perizinan pada saat melakukan kerja pemotretan. Demikian pula dengan sistem
pembayaran menjadi mudah, karena kita langsung mengajukan biaya fotografi
kepada pengguna jasa fotografi. Pada saat kita buatkan penawaran harga dan
kontrak kerja, kita harus mencantumkan sistem dan jangka waktu pembayaran,
termasuk besarnya persentase uang muka dari total nilai kontrak. Hal ini untuk
menghindari terjadinya salah pengertian dengan pengguna jasa fotografi, karena
uang muka akan kita gunakan untuk biaya operasional.
Kerugian dari alur seperti ini terlihat pada saat kita bertemu
kali pertama dengan calon pengguna jasa fotografi. Ketika mendengarkan gambaran
keinginan calon pengguna jasa fotografi, biasanya mereka hanya melempar
informasi dan tema atau konsep yang sangat sederhana, singkat, atau seadanya.
Hal yang paling sering terjadi adalah terucapnya ”Bapak kan sudah ahli di
fotografi, … terserah bapak saja. Yang penting foto atau gambarnya dibuat yang
bagus.” Ucapan atau perkataan seperti ini adalah pujian sekaligus jebakan,
karena bagus dan benar sebuah foto, antara kita sebagai fotografer yang membuat
atau menerjemahkan khayalan dan yang meminta dibuatkan belum tentu sama. Pada
alur bisnis fotografi seperti ini, kita setidaknya harus menjaga dua hal.
Pertama, tuntutan kemampuan teknik fotografi yang cukup tinggi untuk membuat
gambar atau foto menjadi bagus. Kedua, kemampuan kita dalam menggali informasi
dari calon pengguna jasa fotografi tentang konsep visual yang ada di khayalan
mereka untuk kita terjemahkan menjadi sebuah gambar atau foto.
3. Alur kerja klien dan fotografer
Apa yang akan kita lakukan jika sudah bertemu dengan calon
pengguna jasa fotografi atau klien? Jika kita tidak menyiapkan amunisi atau
bekal yang cukup, kita akan bingung memulai pembicaraan dengan calon klien, dan
yang paling berbahaya adalah dari pertemuan itu kita tidak mendapatkan tujuan
kita, yaitu pekerjaan fotografi. Persiapan kita harus lengkap dan mental harus
kuat. Kita harus tahu apa saja yang akan menjadi pembicaraan antara kita dengan
calon pengguna jasa fotografi dan mengusahakan pembicaraan tersebut memiliki
hasil akhir seperti yang kita inginkan, yaitu pekerjaan fotografi. Berikut ini
adalah alur kerja yang terjadi.
a. Tukar pikiran (brain storming)
Pada saat kita bertemu dengan calon pengguna jasa fotografi,
langkah yang paling awal adalah menggali sedalam mungkin apa yang mereka
inginkan. Dengan demikian, kita mengetahui dengan pasti keinginan mereka.
b. Tema dan konsep
Setelah kita mengetahui dengan pasti keinginan dari calon
pengguna jasa fotografi, langkah selanjutnya adalah menyamakan tema dan konsep.
Pada saat akan menyamakan pemahaman tentang sebuah nilai tema atau konsep
visual, kita jangan terkecoh atau terjebak dengan pernyataan yang dilontarkan
oleh calon pengguna jasa fotografi yang biasanya memuji kita sebagai ahli
fotografi. Pernyataan tersebut bisa membanggakan diri kita, tetapi juga
menjebak diri kita. Kita boleh berbangga hati dikatakan sudah ahli atau pro,
tetapi hati-hati kita, karena pemahaman sebuah nilai antara kita dan calon
pengguna jasa fotografi harus sama. Sebagai contoh, foto yang bagus menurut
kita belum tentu bagus menurut mereka, begitu juga sebaliknya. Predikat ahli
dalam fotografi salah satunya adalah mampu dengan mudah menyamakan pemahaman
sebuah nilai, sehingga hasil akhir kerja fotografi merupakan sebuah terjemahan
khayalan calon pengguna jasa fotografi yang kita wujudkan dalam bentuk gambar
atau foto.
c. Shooting list
Setelah tercapai sebuah pemahaman antara calon pengguna jasa
fotografi yang memiliki khayalan konsep visual dan kita sebagai fotografer yang
menerjemahkan khayalan konsep visual tersebut menjadi foto atau gambar, kita
sebagai fotografer bersama-sama calon pengguna jasa fotografi menentukan banyak
objek atau lokasi atau adegan penting yang harus kita buat menjadi foto atau
gambar. Membuat daftar apa saja yang akan difoto atau dibuat menjadi gambar
lewat teknik fotografi sangat kita perlukan, karena jumlah dan jenis objek yang
akan kita foto mempengaruhi peralatan yang akan kita pergunakan atau sewa.
d. Story board
Story board atau gambar tangan berupa sketsa dipergunakan
sebagai acuan dari khayalan visual. Dari story board kesalahan kita dalam
menerjemahkan khayalan konsep visual dari calon pengguna jasa fotografi dapat
diminimalisasi. Saat ini, beberapa advertising dapat mengarahkan fotografer
dengan menggunakan gambar atau foto yang banyak beredar di dunia maya. Mereka
tidak lagi menggunakan gambar tangan atau sketsa.
e. Shooting days
Shooting days adalah lamanya kita mengerjakan pekerjaan
fotografi. Waktu ini bisa satu hari, dua hari, atau lebih dari seminggu. Lama
pekerjaan fotografi yang kita lakukan sangat bergantung pada hasil brain
storming, penyamaan pemahaman tentang tema dan konsep, serta banyaknya objek
yang akan difoto.
f. Budget
Setelah lima persiapan di atas dilakukan, tercapai pemahaman
antara konsep visual klien dengan kita sebagai fotografer yang menerjemahkan
khayalan konsep visual tersebut. Dengan demikian, langkah berikutnya adalah
pengajuan biaya pengerjaan pekerjaan fotografi, yaitu dalam bentuk penawaran
harga.
4. Pasar fotografi
Pilih bidang kerja dan segmen fotografi berdasarkan teknik
fotografi yang sudah dikuasai. Bidang kerja dan segmen fotografi akan
berkembang sejalan dengan meningkatnya kemampuan teknik fotografi yang kita
tekuni. Jangan meninggalkan pekerjaan fotografi yang pada awalnya menghidupi
kita, tetapi kita harus mengembangkan mata dagangan fotografi yang lainnya
dengan catatan jika kita sudah mampu secara teknik fotografi.
5. Publikasi
Memasuki dunia bisnis fotografi akan terasa sulit walaupun kita
sudah memiliki modal yang lengkap, yaitu kemampuan teknik fotografi dan modal
uang untuk memulai operasional. Ini terasa sulit karena kita terbebani karena
”belum dikenal orang”. Memang ada pepatah ”tidak dikenal maka tidak disayang”,
ini tampaknya tepat untuk kita yang baru mulai memasuki bisnis fotografi. Lalu,
bagaimana supaya kita dikenal dan disayang?
Banyak cara untuk menjadi terkenal dan disayang, intinya adalah
terkenal atau dikenal oleh orang lain bahwa kita melakukan bisnis fotografi.
Untuk menjadi terkenal, kita bisa pasang iklan di media cetak. Kita juga bisa
membuat brosur yang kita sebar dengan cara menitipkannya kepada tukang koran,
disebar dari rumah ke rumah, atau disebar di perempatan jalan. Kita pun bisa
menggunakan kemudahan dunia maya dengan membuat blog, website, Facebook,
Twitter, Multiply, email, atau masuk ke dalam milis tertentu.
Pada saat ingin memperkenalkan diri kita kepada orang lain, kita
harus pikirkan besarnya biaya yang akan kita keluarkan dan yang terpenting
adalah seberapa cepat kita jadi dikenal oleh orang lain. Jangan kita tinggalkan
atau lupakan portofolio atau bukti karya. Membuat portofolio adalah cara yang
murah, mudah, dan cepat dikenal. Namun, mengapa portofolio terlupakan? Pada
saat kita ingin dikenal orang lain, portofolio dilupakan karena yang ada di
kepala kita adalah bagaimana dikenal oleh orang lain yang benar-benar tidak
kita kenal.
Sebaiknya kita mengenalkan dahulu diri kita pada orang-orang di
sekitar, di lingkungan keluarga, pakde, om, tante, keponakan, lingkungan tempat
tinggal, dan lingkungan tempat kerja kita. Kesempatan akan terbuka ketika
mereka mengetahui bahwa saat ini kita sudah bukan sekadar hobi membuat foto dan
sudah memiliki kemampuan teknik fotografi yang lebih baik. Pernahkah kita
melakukan kegiatan promosi kepada orang-orang di lingkungan rumah untuk
dokumentasi acara tujuh belasan? Di lingkungan keluarga menawarkan diri menjadi
fotografer perkawinan dari saudara kita? Di lingkungan kantor menjadi
fotografer acara gathering? Dengan membuat portofolio, mereka jadi mengetahui
kita memiliki peralatan fotografi dan bisa memotret dengan baik dan benar.
Promosi seperti ini output-nya cukup di burning ke CD atau DVD,
dikemas dengan baik, kemudian kita sertakan kartu nama dengan keterangan kita
adalah seorang fotografer. Portofolio karya copycat kita serahkan dengan surat
pengantar barang atau tanda terima yang tertera nama studio dan alamat kita.
Cara memperkenalkan diri seperti ini murah, mudah, dan efek bumerangnya cepat
sekali.
6. Lewat telepon
Apa yang akan kita lakukan jika publikasi yang kita lakukan ada
hasilnya atau kita sudah mulai dikenal orang lain dan sekarang menerima efek
bumerang, yaitu sudah ada orang lain atau calon pengguna jasa fotografi yang
menghubungi kita melalui telpon? Menerima telepon dari orang yang tidak kita
kenal adalah konsekuensi yang harus kita terima dalam bisnis fotografi. Orang
lain atau calon pengguna jasa fotografi bisa saja mendapatkan nomor telepon
kita dari portofolio kita yang sudah kita sebarkan. Pada saat kita menerima
telepon, kita harus menggunakan bahasa Indonesia dengan benar, jelas, tegas,
dan santun. Menerima telepon adalah hal yang sulit, karena kita tidak
mengetahui posisi dan situasi si penelepon, ekspresi wajahnya, apakah pengguna
langsung jasa fotografi atau broker. Apa pun atau siapa pun si penelepon, kita
sebagai pelaku bisnis fotografi harus siap dan menyiapkan jawaban yang singkat,
padat, dan mudah dimengerti, sehingga pembicaraan lisan lewat telepon berakhir
dengan kita mengirimkan surat penawaran dan meminta untuk bertemu, tatap muka
untuk memperjelas apa yang akan dikerjakan dan harga yang kita tawarkan.
Sumber :
Komentar :
Bisnis
fotografi ini merupakan bisnis yang cerdas. Selain saya munyukai dunia
fotografi, saya juga menginginkan memiliki bisnis di bidang ini. Selain budget
yang bisa di mulai dari budget yang kecil, bisnis ini banyak di butuhkan
dimanapun. Tentu saja akan sangat menguntungkan dan cepat balik modal.
Kita
juga bisa mengembangkan bisnis ini hingga memiliki studio photo sendiri. Hingga
memiliki cabang dimana mana. Dan menjadi pebisnis fotografi sukses. Setiap orang
butuh foto karna belum banyak yang memiliki kamera. Adapun yang memiliki
seperangkat kamera namun tidak bisa mencetak albumnya sendiri. Jadi bisnis ini
sangat menguntungkan.
Namun,
kita harus perhatikan detail kerja pada bisnis ini. Karena jika melakukan
sedikit kesalahan saja tentu akan mendapatkan kerugian yang lumayan harganya.
0 komentar:
Posting Komentar